16 Mei 2008

perempuan adalah mukaddimah


are you agree??
yups...
perempuan merupakan pembuka dari kehidupan setiap orang...
adanya kamu, karena dilahirkan perempuan...
awal kehidupan seorang bayi didunia ini....yang pertama dilihat pastilah seorang perempuan mulia yang telah berkenan mengandung dan melahirkannya...
yang mengenalkan dunia ini pada kita...mestilah seorang perempuan...
tanpa perempuan...tak akan ada hidup kita...
ia dituntut untuk menjadi tauladan...seorang anak pastilah belajar dari ibunya...
perempuan yang akan selalu memotivasinya...
dan restu perempuan adalah mukaddimah bagi setiap langkahnya...
so....
that is way...
aku namakan blog ini
"Perempuan Adalah Mukaddimah..."
dan aku ingin menjadi mukaddimah bagi manusia-manusia yang akan (insyaAllah) aku lahirkan kelak...
Amin ya robbal alamin....

---semoga pertanyaan dibenak teman-teman perihal nama blog ini sudah bisa terjawab...
Terimakasih untuk kunjungan ke blog sederhana ini...

07 Mei 2008

bahagiaku saat ini....

waduh
badan pegel-pegel...capek...kesel..
padahal kerjaan ga berat2 amat.......jenuh??mungkin iya....
tapi mau gimana lagi...sud jd tanggungjawab...dan harus dilaksanakan!!!
istilahnya resiko...
kadang ogah-ogahan juga sih...
hehehe.....
tapi dibalik semua kelelahan, kejenuhan, kebosanan, dsb...ada berjuta kesenangan...
senang itu datang ketika aku membahagiakan dia yang percaya padaku
meyakinkan dia yang yakin padaku...
dan aku tak mau kehilangan...tak akan pernah mau...
semoga memang tak akan pernah trjadi...dan seandainya pun terjadi...
semoga aku berada dalam keadaan ikhlas kala itu...
terimakasih buat semua yang terindah...yang sud diberikan....
sebisaku..aku akan berikan yang paling indah...
untukmu...untuk kalian...untuk kita....terimakasih semua....
untuk bahagia yang dihaturkan....




24 April 2008

Laskar Pelangi Untuk Pendidikan Kita


Pernahkah anda mendengar tetralogi Laskar Pelangi?

Sebuah karya sastra yang amat menggunggah nurani. Betapa tidak hati kita tersentuh ketika membaca perjuangan sebuah sekolah kampong yang sudah reyot bisa tetap berdiri tegak diatas kakinya sendiri. Mempertahankan eksistensinya agar tetap bisa menjadi bagian dari yang memajukan Tanah Belitong. Hanya mengandalkan 10 siswa dengan kreativitas tinggi yang beragam, mereka tetap berjuang melawan kenyatan bahwa telah banyak sekolah yang 10x jauh lebih bagus dari sekolah mereka. Jauh lebih bagus? Apanya yang jauh lebih bagus? Bangunannya? Boleh jadi iya…

Tapi tidak dengan mentalnya…!!!

Tidak seperti sekolah reyot yang diceritakan dalam buku ini. Bila boleh saya gambarkan, sekolah yang diceritakan oleh Andrea Hirata selaku pengarang hebat (God JobJ…) dalam buku ini, adalah sekolah dengan bangunan reyot namun penghuninya bermental kuat. Tidak seperti sekolah kebanyakan, yang memiliki bangunan kuat, namun penghuninya bermental reyot.

Saya rasa, buku ini bisa menjadi motivator bagi para petinggi pendidikan, bagaimana seharusnya mereka mengambil sikap atas pendidikan dinegeri ini. Jangan hanya memperluas bangunan sekolah saja, tapi perluaslah akhlak dan pengetahuan anak didik kita. Perkuat mental anak didik kita agar lebih siap menerima segala fakta yang ada dalam pendidikan kita saat ini.

Tidak seperti yang sekarang terjadi. Dimana letak mental anak didik kita ketika mendengar nilai batas lulus Ujian Akhir Nasional negeri kita mematok kepala lima?? 80% anak didik kita mengemukakan keluhannya. Mengeluh…. Apakah seperti itu mental yang ditanamkan dalam pendidikan kita?? Seharusnya tidak demikian. Lalu, mengapa yang terjadi demikian?? Dimana letak kesalahannya??

Mari kita kaji bersama.

Sangat jarang sekali saya mendengar siswa berkata seperti ini, “yaaah..kok cuman 5?? Ngece… Saya bisa dapat 8…!!!”

Padahal seperti itu yang yang seharusnya terjadi. Mereka mengemukakan alasan klasik mereka. Itu kan yang buat soalnya dari pusat. Jadi susah-susah.

Pertanyaan yang langsung muncul dibenak saya, memang orang-orang dipusat buat soalnya dari mana??

Bukankah orang-orang yang berada di pusat pun membuat soalnya dengan bercermin dari daerah-daerah, dan bukan dari Hongkong???!!!??

Jika saya cermati, mereka yang mengeluhkan nilai minimal UAN itu adalah mereka dari sekolah-sekolah yang lumayan memiliki fasilitas lengkap. Masih kurang kah? Ah, manusia memang tidak pernah merasa puas. Manusiawi. Apa tidak malu, mereka gentar hanya dengan nilai 5 itu?? Kalau iya, mengapa harus gentar?? Apa yang dilakuakan mereka dengan fasilitas-fasilitas itu? Memangnya tidak dimanfaatkan untuk belajar, ya? Apa hanya dipajang saja?

Kembali ke tetralogi Laskar Pelangi. Anak-anak kampong itu, jelas bersekolah disebuah sekolah yang amat jauh dari kelengkapan fasilitas sekolah. Tapi, mereka mampu menunjukan kalau mereka bisa memaksimalkan prestasi mereka dengan fasilitas yang amat minimal. Kapur hilang satu batang saja dipertanyakan.

Oh My God…!!!

Mari kita renungkan bersama. Apa yang terjadi dengan pendidikan kita… ini tugas kita selaku insan pendidikan. Bersama-sama kita cari jalan keluar. Jangan hanya menyalahkan pemerintah saja. Ini tugas semua orang yang merasa peduli pada pendidikan, khususnya bagi anda yang sudah bisa berdiri tegak karena pendidikan.

20 Maret 2008

Rational Emoted Theory

Tentang Rational Emoted Theory (RET)

Rational Emoted Theory (RET) atau yang kita kenal dengan istilah terapi rasional emotif, merupakan teori yang dikembangkan oleh Albert Ellis. RET lebih banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan dalam arti ia menitik beratkan berfikir dan bertindak.

RET adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur maupun untuk berfikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan untuk memelihara diri, akan tetapi manusi juga memiliki kecenderungan untuk menghancurkan diri. Dalam setiap emosi individu, disertai pula proses berpikir. Dengan kata lain, Emosi adalah produk pemikiran manusia. Jika kita berfikir tentang sesuatu, maka kita pun akan merasakan hal yang kita pikirkan itu. Misalnya, kita selalu memikirkan tentang ketakutan, maka yang akan terjadi pada kita adalah kita selalu merasa ketakutan, yang selanjutnya akan menampakkan tindakan gelisah, risau, dan sebagainya.

Konsep lainnya yakni mengenai sikap menyalahkan diri. Dalam RET, menyalahkan diri merupakan inti sebagian besar gangguan emosional. Setiap individu harus bisa menerima dirinya sendiri dengan segala kekurangannya. Menyalahkan diri hanya akan membuat individu melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada penghancuran diri.

Alangkah akan lebih baik apabila kita selalu menganggap diri kita berhasil. Semakin kita menganggap diri kita berhasil, maka akan semakin terarah pula proses berpikir kita pada tindakan-tindakan positif.

Tentang Kepribadian dalam Teori A-B-C

Teori A-B-C memiliki peranan penting dalam RET. Dimana A merupakan keberadaan suatu fakta atau sikap seseorang. B merupakan keyakinan individu tentang A (suatu fakta). Sedangkan C, yakni suatu reaksi emosional atau merupakan konsekuensi atas B.

Pada dasarnya, kita merasakan sebagaimana yang kita pikirkan. Maka, alangkah lebih baiknya apabila kita selalu memiliki perasaan positif.

Tindakan palilng efisien untuk membantu orang-orang dalam membuat perubahan-perubahan kepribadiannya adalah dengan mengkonfrontasikan mereka secara langsung dengan filsafat hidup mereka sendiri, menerangkan kepada mereka bagaimana cara berfikir secara logis, sehingga mengajari mereka untuk mampu mengubah atau bahkan menghapuskan keyakinan-keyakinan irasionalnya.

Selanjutnya, teori kepribadian A-B-C ini berkembang menjadi A-B-C-D. Dimana D merupakan pembahasan dan mengubah reaksi irasional dari C.

Dalam pelaksanaan RET ini, terapis harus benar-benar mengenal dirinya sendiri dengan baik, sehingga ia bisa memisahkan falsafah hidupnya dan tindak memaksakan keyakinannya pada klien. Disamping itu, terapis juga harus mengetahui timing yang tepat untuk memberikan dorongan pada klien. Terapis harus menghindari terjadinya indoktrinasi atas diri klien. Yang perlu dilakukan terapis hanyalah menyampaikan kepada klien apa yang salah dan bagaimana klien harus mengubahnya menjadi benar.

18 Januari 2008

Numpang lewat ya....!!!

ah......! rasa penat itu datang tiba-tiba. entah apa yang membuat tubuh ini menjadi sebegitu capek. Seharian tidak ada satupun pekerjaan yang aq kerjakan, tp tubuh ini menuntut istirahat! Mungkin aq perlu sedikit meluangkan waktu untuk tubuhq bernapas. "refrehsing" istilahnya. penyegaran kembali tenaga yang ilang. tapi refreshing kemana nih???
yup, kayaknya ada ide bagus tuh! jalan-jalan ke sungai or pantai kayaknya asyik bgt! he...he... sueneng banget pasti. sapa mau ikut?? Gratis lo, tapi kalo kecebur, bangun sendiri ya....
have fun aja buat kamu semua...

16 Januari 2008

Pendidikan Murah???

Di negeri kita saat ini, pendidikan yang murah mungkin hanya hisapan jempol belaka. Pasalnya, kondisi ekonomi negara kita saat ini tidak memungkinkan untuk mengucurkan dana lebih banyak untuk menjadikan pendidikan murah. Dihitung dari awal masuk sekolah, mulai dari biaya yang harus dikeluarkan untuk seragam sekolah, buku-buku pelajaran yang selalu berganti setiap tahun ajaran, uang bangunan dan lain sebagainya. Jika diakumulasikan, jumlahnya memang sangat tinggi sehingga akan memberatkan mereka yang tergolong ekonomi lemah, dan kemudian munculah pernyataan, Pendidikan Murah? "Ah... Ndobos!", dari mulut masyarakat kita.

Lalu apa yang pantas kita lakukan? Menyalahkan pemerintah yang tidak bisa meminimalisir biaya pendidikan?

Saya kurang setuju dengan hal tersebut. Seharusnya kita tidak banyak menuntut pemerintah untuk hal ini. Apakah kita tidak melihat, betapa banyak hal yang harus ditangani pemerintah di negeri ini? Mulai dari masalah bencana alam, kerusuhan, dan lain sebagainya. Saya rasa, perihal biaya pendidikan yang agak mahal, bukan hanya urusan yang harus diselesaikan pemerintah saja, tetapi kita selaku masyarakat yang berpendidikan pun sudah sepatutnya turut mencari upaya pemecahannya. Toh, biaya pendidikan yang mahal itu juga untuk dinikmati kita sendiri, bukan orang lain. Logikanya, kita bisa memilih, mahal tapi berkualitas baik, atau murah tapi kualitasnya ndobos? Bukankah untuk sesuatu yang berkualitas memang biasanya agak mahal.

Begitu banyak tulisan yang menyoroti kegagalan pemerintah dalam mencari penyelesaian mengenai pendidikan. Sangat disayangkan, mengapa tulisan-tulisan tersebut hanya menyoroti kegagalannya saja? Mengapa tulisan-tulisan tersebut tidak mengulas tentang keberhasilan pemerintah saja?

Mengulas borok pemerintah hanya akan membuat kita yang membaca menjadi pesimis akan hal tersebut. Mengubur rasa optimis yang hampir muncul dalam diri kita. Setelah membaca beberapa tulisan mengenai biaya pendidikan, dapat saya simpulkan banyak tulisan yang pada intinya menyatakan bahwa biaya pendidikan di Indonesia sangat mencekik leher. Selain itu, saya juga menangkap isyarat bahwa masyarakat menuntut pendidikan gratis dari pemerintah. Dengan kata lain, masyarakat minta disangoni oleh pemerintah.

Apakah pantas? Kita yang menuntut pendidikan berkualitas, mengapa enggan mengeluarkan budget agak banyak?

Negara ini milik kita. Hanya kita yang bisa membuat negara ini maju. Tapi mengapa yang terjadi saat ini justru rakyat banyak menuntut pada pemerintah? Bukankah seharusnya kita saling mendukung?

Mengapa kita sering mengkritik keputusan pemerintah? Jika boleh saya sarankan, alangkah lebih baik jika kita mendukung keputusan-keputusan pemerintah. Mungkin dengan begitu, pemerintah juga tidak akan bekerja setengah-tengah. Karena saya berkeyakinan, segala keputusan yang dibuat pemerintah itu baik bagi kita. Rasanya tidak mungkin jika mereka para wakil kita merugikan kita yang telah memilih dan percaya pada mereka.

Jika selama ini banyak diantara mereka yang melakukan korupsi, saya rasa itu salah kita juga. Kesalahaan kita yang telah memilih dia untuk menjadi wakil kita. Selain itu, kesalahan kita juga yang kurang menuntut transparansi atas kinerja mereka, sehingga kita kurang mengontrol kinerja mereka yang telah salah kita pilih.

Cerobong Uap Yang Tak Lagi Tegak

Sebuah kota lintasan yang seolah tak pernah tertidur. Letaknya yang berada pada lintasan pantura, menjadikan kota ini sebagai salah satu kota lintasan yang selalu ramai. Banyak nilai sejarah yang tercatat di kota ini. Bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda banyak berdiri megah di kota ini. Salah satu yang menjadi kebanggaan masyarakat kota Kadipaten adalah Bangunan Pabrik Gula yang didirikan Belanda pada tahun 1896. Boleh digambarkan, dibagian depan terdapat cerobong uap yang tingginya sekitar 20 meter, menjulang menembus langit. Warnanya merah diselingi warna putih. Pada bagian putih itu terdapat tulisan PG KADIPATEN berangka tahun 1896. Dibagian puncaknya terdapat logo PT. PG. Rajawali II. Cerobong ini memiliki ruang bawah tanah.
Sebuah bangunan megah yang kokoh berdiri ini sempat menajdi sumber mata pencaharian bagi sebagian penduduk kota ini pada tahun 1940-an
Sampai pada akhir tahun 90-an, pabrik gula kadipaten ini menghentikan produksinya. Bangunan pun tampak kusam tak terawat. Beberapa bangunan yang roboh pun tidak diperbaiki dan dibiarkan begitu saja. Bahkan, banyak orang-orang tak bertanggung jawab mengambil besi-besi bangunan milik pabrik yang berkualitas tinggi.
Sangat disayangkan, pemerintah daerah kurang menaruh perhatiannya terhadap nilai sejarah dan budaya bangunan ini. Padahal, bangunan ini memiliki nilai sejarah yang begitu tinggi.
Kini, bangunan itu telah berubah menjadi sebuah pusat perbelanjaan. Pemborong yang kurang memahami nilai sejarah telah mensulap bangunan bernilai sejarah ini.
Kini, tak ada yang dapat kita banggakan kepada anak cucu kita kelak. Yang mereka tahu hanyalah sebuah kota modern dengan bangunan-bangaunan metropolitan didalamnya, dan bukan sebuah kota modern dengan bangunan-bangunan bersejarah didalamnya.