18 Januari 2008

Numpang lewat ya....!!!

ah......! rasa penat itu datang tiba-tiba. entah apa yang membuat tubuh ini menjadi sebegitu capek. Seharian tidak ada satupun pekerjaan yang aq kerjakan, tp tubuh ini menuntut istirahat! Mungkin aq perlu sedikit meluangkan waktu untuk tubuhq bernapas. "refrehsing" istilahnya. penyegaran kembali tenaga yang ilang. tapi refreshing kemana nih???
yup, kayaknya ada ide bagus tuh! jalan-jalan ke sungai or pantai kayaknya asyik bgt! he...he... sueneng banget pasti. sapa mau ikut?? Gratis lo, tapi kalo kecebur, bangun sendiri ya....
have fun aja buat kamu semua...

16 Januari 2008

Pendidikan Murah???

Di negeri kita saat ini, pendidikan yang murah mungkin hanya hisapan jempol belaka. Pasalnya, kondisi ekonomi negara kita saat ini tidak memungkinkan untuk mengucurkan dana lebih banyak untuk menjadikan pendidikan murah. Dihitung dari awal masuk sekolah, mulai dari biaya yang harus dikeluarkan untuk seragam sekolah, buku-buku pelajaran yang selalu berganti setiap tahun ajaran, uang bangunan dan lain sebagainya. Jika diakumulasikan, jumlahnya memang sangat tinggi sehingga akan memberatkan mereka yang tergolong ekonomi lemah, dan kemudian munculah pernyataan, Pendidikan Murah? "Ah... Ndobos!", dari mulut masyarakat kita.

Lalu apa yang pantas kita lakukan? Menyalahkan pemerintah yang tidak bisa meminimalisir biaya pendidikan?

Saya kurang setuju dengan hal tersebut. Seharusnya kita tidak banyak menuntut pemerintah untuk hal ini. Apakah kita tidak melihat, betapa banyak hal yang harus ditangani pemerintah di negeri ini? Mulai dari masalah bencana alam, kerusuhan, dan lain sebagainya. Saya rasa, perihal biaya pendidikan yang agak mahal, bukan hanya urusan yang harus diselesaikan pemerintah saja, tetapi kita selaku masyarakat yang berpendidikan pun sudah sepatutnya turut mencari upaya pemecahannya. Toh, biaya pendidikan yang mahal itu juga untuk dinikmati kita sendiri, bukan orang lain. Logikanya, kita bisa memilih, mahal tapi berkualitas baik, atau murah tapi kualitasnya ndobos? Bukankah untuk sesuatu yang berkualitas memang biasanya agak mahal.

Begitu banyak tulisan yang menyoroti kegagalan pemerintah dalam mencari penyelesaian mengenai pendidikan. Sangat disayangkan, mengapa tulisan-tulisan tersebut hanya menyoroti kegagalannya saja? Mengapa tulisan-tulisan tersebut tidak mengulas tentang keberhasilan pemerintah saja?

Mengulas borok pemerintah hanya akan membuat kita yang membaca menjadi pesimis akan hal tersebut. Mengubur rasa optimis yang hampir muncul dalam diri kita. Setelah membaca beberapa tulisan mengenai biaya pendidikan, dapat saya simpulkan banyak tulisan yang pada intinya menyatakan bahwa biaya pendidikan di Indonesia sangat mencekik leher. Selain itu, saya juga menangkap isyarat bahwa masyarakat menuntut pendidikan gratis dari pemerintah. Dengan kata lain, masyarakat minta disangoni oleh pemerintah.

Apakah pantas? Kita yang menuntut pendidikan berkualitas, mengapa enggan mengeluarkan budget agak banyak?

Negara ini milik kita. Hanya kita yang bisa membuat negara ini maju. Tapi mengapa yang terjadi saat ini justru rakyat banyak menuntut pada pemerintah? Bukankah seharusnya kita saling mendukung?

Mengapa kita sering mengkritik keputusan pemerintah? Jika boleh saya sarankan, alangkah lebih baik jika kita mendukung keputusan-keputusan pemerintah. Mungkin dengan begitu, pemerintah juga tidak akan bekerja setengah-tengah. Karena saya berkeyakinan, segala keputusan yang dibuat pemerintah itu baik bagi kita. Rasanya tidak mungkin jika mereka para wakil kita merugikan kita yang telah memilih dan percaya pada mereka.

Jika selama ini banyak diantara mereka yang melakukan korupsi, saya rasa itu salah kita juga. Kesalahaan kita yang telah memilih dia untuk menjadi wakil kita. Selain itu, kesalahan kita juga yang kurang menuntut transparansi atas kinerja mereka, sehingga kita kurang mengontrol kinerja mereka yang telah salah kita pilih.

Cerobong Uap Yang Tak Lagi Tegak

Sebuah kota lintasan yang seolah tak pernah tertidur. Letaknya yang berada pada lintasan pantura, menjadikan kota ini sebagai salah satu kota lintasan yang selalu ramai. Banyak nilai sejarah yang tercatat di kota ini. Bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda banyak berdiri megah di kota ini. Salah satu yang menjadi kebanggaan masyarakat kota Kadipaten adalah Bangunan Pabrik Gula yang didirikan Belanda pada tahun 1896. Boleh digambarkan, dibagian depan terdapat cerobong uap yang tingginya sekitar 20 meter, menjulang menembus langit. Warnanya merah diselingi warna putih. Pada bagian putih itu terdapat tulisan PG KADIPATEN berangka tahun 1896. Dibagian puncaknya terdapat logo PT. PG. Rajawali II. Cerobong ini memiliki ruang bawah tanah.
Sebuah bangunan megah yang kokoh berdiri ini sempat menajdi sumber mata pencaharian bagi sebagian penduduk kota ini pada tahun 1940-an
Sampai pada akhir tahun 90-an, pabrik gula kadipaten ini menghentikan produksinya. Bangunan pun tampak kusam tak terawat. Beberapa bangunan yang roboh pun tidak diperbaiki dan dibiarkan begitu saja. Bahkan, banyak orang-orang tak bertanggung jawab mengambil besi-besi bangunan milik pabrik yang berkualitas tinggi.
Sangat disayangkan, pemerintah daerah kurang menaruh perhatiannya terhadap nilai sejarah dan budaya bangunan ini. Padahal, bangunan ini memiliki nilai sejarah yang begitu tinggi.
Kini, bangunan itu telah berubah menjadi sebuah pusat perbelanjaan. Pemborong yang kurang memahami nilai sejarah telah mensulap bangunan bernilai sejarah ini.
Kini, tak ada yang dapat kita banggakan kepada anak cucu kita kelak. Yang mereka tahu hanyalah sebuah kota modern dengan bangunan-bangaunan metropolitan didalamnya, dan bukan sebuah kota modern dengan bangunan-bangunan bersejarah didalamnya.